Fakta Unik dari Tanggalan Jawa yang Legendaris

Bagaimana siklus dan perhitungan hari dalam Tanggalan Jawa? Berikut ini adalah ulasan singkat mengenai tanggal yang legendaris tersebut.
- Metode Perhitungan Tanggalan Jawa
Kalender Jawa memadukan periedo peredaran pancawara dan perieode saptawara. Pancawara adalah periode peredaran bulan, sedankan periode saptawara adalah periode pasaran.
Penggabungan ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat untuk memahaminya, perhitungan tanggal ini menggunakan sirklus windu atau 8 tahun. Pergantian tahunnya jatuh di bulan Sura, penanggalan Jawa selalu akan membentuk pola windu secara berulang.
- Hari dalam Penanggalan Jawa
Dalam penanggalan Jawa memiliki jumlah hari yang bernesa dengan penanggalan masehi, dalam tanggal masehi memiliki 7 hari dalam sepekan. Namun, dalam penanggalan Kawa mempunyai 5 hari dalam sepekan.
Adapaun hari itu adalah hari pasaran yang terdiri dari Pon, Wage, Kliwon, Pahing, dan Legi, namun, hari-hari yerswnut cukup berbeda pasa masa pra Islam. Terdapat 2 samapai 10 hari pada masa itu di tanggalan Jawa, pekan tersebut dikenal sebagai triwara, dwiwara, triwara, dan lainnya.
- Pranata Mangsa
Pranata mangsa adalah tatanan penanggalan bulan musim atau bulan surya, pranata mangsa tersebut diresmikan oleh Sunan Pakubuwana. Namun, sejatinya sudah ada sejak zaman pra islam dan disesuaikan dengan kalender tarikh Gregorian.
Mangsa kesebelas dalam bahasa Jawa Kuno disebut dengan mangsa Apit Lemah. Mangsa ke-12 disebut dengan Mangsa Mangsa Apit Kayu.
- Siklus Kurup
Siklus kurup adalah siklus 120 tahun yang digunakan dalam tanggal Jawa. Di dalam penanggalan tersebut terdapat 3 tahun kabisat dalam 1 windu atau 8 tahun.
Sedangkan dalam penggalan Hijriah terdapat 11 tahun kabisat dalam 30 tahun. Sehingga dalam 15 windu atau 120 tahun terdapat 45 tahun kabisat.
Sedangkan tahun Hijriah mempunyai 44 tahun kabisat dalam 120 tahun. Itu artinya ada waktu 1 hari yang hilang setiap 120 tahun sekali, siklus inilah yang dimkasud dengan siklus kurup.
- Keunikan Penanggalan Jawa
Apa keistimewaan dari petanggalan tradidional ini? Ada banyak keistimewaan dari tanggal Jawa. Tanggal ini telah dipakai sejak ratusan tahun yang lalu, sistemnya adalah sistem penanggalan yang dipakai oleh penggalan Kesultanan Mataram.
Penaggalan Jawa ini memiliki perpaduan dari Penggalan Hindu dan Penggalan Islam atau tanggal Hijriah. Selain ke-2 penanggalan tersebut, tanggal Jawa juga memakai penanggalan Julian, penanggalan Julian adalah salah satu bagian budaya Jawa Barat.
- Siklus Harian dan Mingguan Jawa
Siklus dalam tanggal Jawa terdapat 2 siklus, yaiti siklus pekandan siklus mingguan. Siklus mingguan Jawa terdapat 7 hari, sedangkan siklus pekanannya terdapat 5 hari. Hari dalam siklus mingguan terdiri dari hari Minggu sampai hari Sabtu, sedangkan siklus pekan terdiri dari hari Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi.
- Bulan Jawa Islam
Seperti yang telah dicantumkan pasa point sebelumnya, bahawa penanggalan Jawa memakai perpaduan penanggalan Hijriah, Hindu, dan Julian. Maka tak heran Jika terdapat nama-nama bulan yang bernuansa Islam dan Bahasa Sansekerta.
Nama bulan yang menggunakan bernuansa Islam adalah Bulan Rajeb, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, dan lainnya. Sedangkan yang menggunakan Bahasa Sansekerta adalah Bulan Pasa, Sela, Sura.
Selain dari Bahasa Arab dan Bahasa Sansekerta, penanggalan Jawa juga menggunakan Bahasa Melayu dan Bahasa Jawa. Seperti Nama Apit dan Besar.
Sebagian besar nama-nama di tanggal tradisional tersebut diambil dari hari-hari besar Islam, contohnya nama Bulan Mulud uang diambil dari Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Nama Pasa yang diambil dari kegiatan puasa di Bulan Ramadhan.
Tanggalan Jawa ini masih sering di gunakan sampai saat ini. Sampai menjadi salah satu budaya Jawa yang masih lestari dari zaman dahulu kala.